ACIDUM
ASCORBICUM/VITAMIN C/ASAM ASKORBAT
Asam askorbat
merupakan salah satu zat aktif yang biasa digunakan sebagai vitamin untuk
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Sejarah dan kimia, Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy
telah dikenal semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat
dicegah dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan segar terutama golongan
jeruk yang ternyata mengandung vitamin C. Asam askorbat mula-mula dikenal
sebagai asam heksuronat dengan rumus C6H8O6.
Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2011; 777).
Vitamin C banyak terdapat di semua sayur-mayur, khususnya
kol, paprika, peterseli, dan asperges, serta buah-buahan terutama jenis sitrus
(jeruk nipis dan jeruk lain), arbei dan buah kembang ros. Juga agak banyak di
kentang bila direbus dengan kulitnya dan hanya sedikit dalam susu sapi dan
daging, kecuali hati. Dalam tubuh terdapat di banyak jaringan termasuk darah
dan leukosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan diinaktifkan (okdisasi)bila
makanan terlalu dimasak lama. Khasiatnya yang terpenting adalah pada dosis
terapeutis yang cukup tinggi berdaya antiviral kuat dan antibakteri, yang
diperkirakan berdasarkan sifat antioksidannya (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, 2011; 777).
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan
tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung
atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam
tereduksi, dan bekerja sebagai kofaktor untuk profil dan lisil hidroksilase
dalam biosintesis kolagen . Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih
kekuningan, stabil pada keadaan kering. Dalam bentuk larutan diwadah terbuka,
zat ini cepat rusak (Tjay dan Kirana, 2006; 855-856).
Pada jaringan, fungsi vitamin C ialah dalam sintesis
kolagen, proteologlikan zat organik matriks antara sel lain misalnya pada
tulang, gigi, endotel kapiler (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik, 2011; 777).
Dosis: pada defisiensi 2 dd 250-500 mg p.c., bayi 100 mg
sehari, prfiklaktis 100-1000 mg sehari. Orang dengan lambung peka, sebaiknya
menggunakan garam Ca atau Mg-askorbat yang bereaksi netral. Terapi alternatif
penyakit Pfeiffer: 3-4 dd 1000 mg selama 7-10 hari
.(Tjay dan Kirana, 2006; 855-856).
Nama zat aktif : Asam
askorbat
Nama kimia : ACIDUM ASCORBICUM
Sinonim : Acide
ascorbique; Ácido ascórbico; Acidum ascorbicum; LAscorbic, Acid;
Askorbiinihappo; Askorbik Asit; Askorbinsyra; Askorbo rugštis; Aszkorbinsav;
Cevitamic Acid; E300; Kwas askorbowy; Kyselina askorbová; Vitamin C. The enolic
form of 3-oxo-L-gulofuranolactone; 2,3-Didehydro-L-threo-hexono-1,4-lactone.
RM/BM : C6H8O6
/
176.1
Rumus Struktur :
Kelarutan : Larut dalam 3-3,5 air, 1 dalam 25 alkohol dan dalam 10 metil
alkohol larut dalam aseton. Praktis tidak larut kloroform eter, dan minyak
tanah.
Pemerian : Berbau lemah atau hampir tidak berbau, warna yang tidak telalu kristal atau putih atau bubuk kristal
kuning. Dengan rasa asam askorbat bisa diekstraksi dari buah yang masak dari
Capsicum annum atau kandungan sayur-mayur.
Range : 50-1500
mg
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya, dingin dan tempat yang kering
Kegunaan : Antioksidan
Penggolongan : Asam
askorbat termasuk golongan vitamin larut air dimana obat ini dimaksudkan untuk
memelihara jaringan-jaringan tubuh dan sebagai antioksidan dan sangat
dibutuhkan dalam jaringan tubuh kita.
1.
Bentuk senyawa zat aktif
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan
tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung
atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam
tereduksi, dan bekerja sebagai kofaktor untuk profil dan lisil hidroksilase
dalam biosintesis kolagen . Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih
kekuningan, stabil pada keadaan kering. Dalam bentuk larutan diwadah terbuka,
zat ini cepat rusak.
Obat yang digunakan dalam bentuk tablet effervescent ini untuk
mendapatkan efek farmakologinya, sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu
dalam air dingin membentuk larutan jernih.
2.
Efek farmakologi dan mekanisme kerja dalam tubuh
Reasorpsinya dari
usus cepat dan praktis sempurna (90%) tetapi menurunn pada dosis diatas 1 gr.
Distribusinya kesemua jaringan terdapat dalam cortex anak ginjal. Dalam darah
sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi dehidroaskorbat yang hampir
sama zat aktifnya. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan
pemutusan ikatan antara C2 dan C3. Ekskresi berlangsung
terutama sebagai asa, oksalat.
Vitamin C bekerja
sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan
antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan
elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi, dan bekerja sebagai
kofaktor untuk profil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen . Zat
ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering.
Dalam bentuk larutan diwadah terbuka, zat ini cepat rusak.
3.
Nasib obat dalam tubuh
Vitamin C mudah diabsorbsi
melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorbsi.
Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar dari pada dala plasma dan
eritrosit. Distribusinya luas keseluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam
kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lunak. Ekskresi melalui urin
dalam bentuk utuh dan bentuk darah melewat ambang rangsang ginjal 1,4 mg%.
4.
Indikasi
dan kontraindikasi
Indikasi
: Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan skorbut. Selain itu vitamin C digunakan untuk berbagai penyakit yang
tidak ada hanbungannya denga defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan
dengan dosis besar. Akan tetapi ternyata efektivitasnya tidak jelas atau tidak
terbukti. Vitamin C tdak mengurangi insidens common colds meskipun dapat sedikt
menguragi beratnya sakit dan lamanya masa sakit. Juga terbukti vitamn C tidak
bermanfaat utuk kenker lanjut. Vitamin C mega dosis tidak terbukti efektif
untuk aterosklerosis, penyembuhan luka, dan skizofrensia. Karena sifat reduktornya vitamin C
digunakan untuk mengaatasi methemoglobinemia idiopatik, meskipun kurang efektif
dibandingkan dengan biru metilen. Dosis yang dianjurkan minimal 150 mg.
Kontraindikasi : Hipersensitif, Terabsorbsi mulai gastrointestinal pada saluran
pencernaan, secara luas terdistribusi didalam tubuh pada jaringan otot.
5.
Dosis, perhitungan dosis dan aturan pakai
Dosis
: 500 mg asam askorbat pertablet effervescent
Perhitungan
dosis
Sekali
: 500 mg x 1 tablet : 500 mg/tablet
Sehari
: 500 mg x 3 tablet : 1500 mg/tablet
Aturan
pakai
Pencegahan: 2-3 x sehari 50
- 100 mg
Pengobatan: sehari 200
- 600 mg
6.
Efek
samping dan toksisitas obat
Vitamin
dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyeabkan diare. Hal ini terjadi karena
efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan
perstaltik. Efek iritasi jua dapat menyebabkan uretritis nonspesifik terutama
pada uretra distal. Dosis besasr tersebut juga meningkatkan bahaya terbentuknya
batu ginjal, karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai
oksalat.penggunaan kronik vitamin C dosis sangat besar dapat menyebabkan
ketergantungan, dimana penurunan mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan
rebound scurvy. Hal ini dapat dihindari mengurangi asupan vitamin C secara
bertahap. Vtamin C mega dosis parenteral dapat menyebabkan oksalosis yang
meluas, aritmia jantung, dan kerusakan ginjal berat.
Dosis
vitamin C 1 g/hari dilaporkan meningkatkan kadar etinil estradiol plasma. Interaksi
ini dapat mengakibatkan break through bleeding dan kegagalan kontrasepsi, bila
pemakaian kontrasepsi oral yang mengandung etinil estradiol ersebut
menghentikan penggunaan vitamin C secara tiba-tiba.
Vitamin C
meningkatkan absorpsi besi, sehingga dosis besar dapat berbahaya pada pasien
hemokromatis, talasemia dan anemia sideropln defisieastik. Hemolisis ringan
dilaporkan terjadi pada pasien dengan defisiensi G6PD. Hemolisis
akut dapat menyebabkan koagulasi intravascular diseminata dan gagal ginjal akut
yang dapat menyebabkan kematian. vitamin C mega dosis juga dapat mengakibatkan
krisis Sickle cell.
7.
Interaksi obat
Asam
askorbat tidak cocok untuk dikombinasikan dengan aspirin yang mengakibatkan
vitamin C dapat berkurang dan dapat mencapai konsentrasi toksik menyebabkan
salisilisme.
Vitamin B12
juga tidak cocok digunakan bersamaan sam askobat karena dapat
mengakibatkan aktivitas vitamin B12 menurun. Vitamin C dapat
meningkatkan resorpsi besi, sedangkan vitamin B12 diperlemah efeknya
sehingga dpat terjadi defisiensi.
Pil KB
tidak dapat digunakan bersamaan karena efek pil KB dapat meningkat. Jika
vitamin C digunakan sewaktu-waktu, resiko hamil meningkat pada saat vitamin tak
digunakan. Ini disebabkan adaya efek balik karena kadar hormone pil KB dalam
darah turun. Kemungkinan terjadiya interaksi terlihat jika terjadi perdarahan.
Interkasi ni terjadi pada kadar vitamin C yang tinggi, yaitu 1000 mg atau lebih
per hari. Interaksi dapat dicegah jika kadar vitamin C yang digunakan hanya
250-500 mg.
8.
Penggunaan pada kondisi khusus, peringatan dan
perhatian
Bersifat asam, hati-hati
pemberian pada penderita tukak lambung. Tidak boleh
disimpan dalam keadaan terbuka diudara bebas karena mudah teroksidasi dengan
oksigen.
9.
Cara
penyimpanan dan contoh sediaan yang beredar dipasaran
a.
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu
bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan
cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Dapat disimpan pada suhu
ruangan, tidak boleh disimpan dalam keadaan terbuka diudara bebas karena mudah
teroksidasi dengan oksigen.
b.
Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan
tempat umum dan terkunci.
c.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana
obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan
warna.
d. Contoh sediaan yang beredar
dipasaran dengan nama pabriiknya yaitu :
1)
Askorbin : Kimia Farma
2)
Bekamin C Forte : Kimia Farma
3)
Biferce : Sanbe Farma
4)
Cevita : Varia Sekata
5)
Dancimin-C : Dankos
6)
Vitalog-C : Bernofarm
7)
Redoxon : Rhoce
8)
Kiddyce : First
Medipharma
9)
Sweeta C : Combiphar
10)
Xon-CE : Kalbe
Farma
(ISO Indonesia Volume 43, 2008; 463)
0 komentar:
Posting Komentar