Sabtu, 04 Juli 2015

Inilah Sedikit Ulasan Tentang Farmasetik



Setelah beberapa semester yang telah saya lalui kuliah di farmasi, saya termotivasi ingin menshare beberapa pengetahuan kepada teman-teman farmasi tentang mata kuliah farmasetika. Kenapa harus mata kuliah farmasetika ?? karena mata kuliah farmasetika ini merupakan mata kuliah yang akan terus menerus dipakai setelah kita berada diluar kampus seperti saat kita kerja nanti diapotik atau dirumah sakit, bukan hanya itu mata kuliah farmasetika ini juga merupakan mata kuliah untuk lanjut kemata kuliah yang lain seperti mata kuliah tekhnologi sediaan farmasi. Berikut sedikit ulasan tentang mata kuliah farmasetika :


RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.
Yang berhak menulis resep adalah :
  1. Dokter
  2. Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi & mulut.
  3. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.

Kelengkapan Suatu Resep
Dalam resep harus memuat :
  1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
  2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
  3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat (invocatio)
  4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
  5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku (subscriptio)
  6. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
  1. Tanda seru & paraf dokter utk resep yg mengandung obat yg jumlahnya melebihi dosis maksimal.


Cara menghitung dosis obat dalam resep :
1.        Rumus young (Young’s Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis obat untuk anak berumur dibawah 8 tahun
   
    n : umur anak dalam tahun

2.        Rumus dilling (Dilling’s Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis obat untuk anak berumur diatas 8 tahun, hingga pasien yang maksimal berumur 20 tahun 
   
    n : umur dalam tahun

3.        Rumus Fried  (Fried’s Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis obat untuk bayi berdasarkan berat badan (pound)
 
   n : pound berat badan   

4.        Rumus Clark’s (Clark Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis obat untuk bayi berdasarkan berat badan (kilogram)
   n : Kg berat badan


PULVIS DAN PULVERES (serbuk)
Serbuk adalah campuran homogeny dua atau lebih obat yang diserbukkan, pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C. yang dimaksud dengan derajat halus serbuk adalah :
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
Serbuk halus adalah serbuk (85)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300)

UNGUENTA (SALEP)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adala 10%. Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut :
1.        Dasar salep hidrokarbon, yaitu terdiri dari :
a.         Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft paraffin)
b.         Vaselin kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin)
c.         Campuran vaselin dengan cera
d.        Paraffin cair
e.         Paraffin padat
f.          Minyak nabati.
2.        Dasar salep serap yaitu terdiri dari :
a.         Adeps lanae
b.         Unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami = 30 : 70)
c.         Hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )
3.        Dasar salep dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri dari :
a.       Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream)
b.      Emulsifying ointment B.P., Emulsifying wax
c.       Hydrophilic ointment. Dibuat dari minyak mineral, stearylalcohol, emulgator tipe M/A
4.        Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari :
a.       Poly Ethylen Glycol (PEG)
b.      Campuran PEG
c.       Tragacanth
d.      Gummi arabicum (PGA)


EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang zat terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Disperse ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air da minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M.
Emulgator yang sering digunakan dalam pembuatan emulsi :
1.        Pulvis gummosus
2.        Agar-agar
3.        CMC (Natrii Carboxymethylcellulosum)
4.        Sapo
5.        Vitellum ovi
6.        Tween dan span
HLB adalah sinhgkatan dari Hidrophiel-Lypophiel Balance. Nomor HLB diberikan bagi tiap-tiap surfaktan.
Nilai HLB
Tipe sistem
3-6
A/M emulgator
7-9
Zat pembasah (wetting agent)
8-18
M/A emulgator
13-15
Zat pembersih (detergent)
15-18
Zat penambah pelarutan (solubilizer)


SUSPENSIONES (suspensi)
Suspens adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila digojog perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense tetapi kekentalan susupensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara :
1.        Intramuskuler injeksi
2.        Tetes mata
3.        Per Oral
4.        Rektal

COMPRESSI/TABULAE (TABLET)
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
(Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995).

Syarat-syarat tablet, yaitu :
1.        Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.
2.        Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih, ialah 5-10%.
3.        Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.
4.        Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit.
5.        Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC

Berbagai macam bentuk tablet
1.        Tablet untuk obat luar
Tablet ini umumnya mudah larut dan digunakan sebagi obat luar setelah dilarutkan dalam volume air tertentu untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu pula.
2.        Tablet untuk obat dalam
Tablet ini pada hakekatnya adalah puyer yang dibuat kompak secara kempa cetak. Suatu variasi dari obat dalam ialah tablet effervescent yang bila dimasukkan ke dalam air akan melarutkan serta membebaskan CO2
3.        Dragee
Tablet bersalut gula dengan atau tanpa penambahan zat warna.
4.        Lozenges
Tablet ini diisap seperti permen, efek utamanya adalah antiseptic pada mukosa mulut atau tenggorokan.
5.        Tablet sublingual dan tablet intrabuccal
Table sublingual, diletakkan dibawah lidah, melarut relatif cepat dan bahan obatnya diabsorbsi melalui mukosa.
6.        Tablet bersalut enterik
Disalut dengan bahan atau zat penyalut yang relative tidak larut ddalam suasana asam di lambung, tetapi hancur dan larut dalam suasana relative basa di usus dan membebaskan obat yang terkandung dalam tablet (enteric coating).
7.        Tablet sustained release
Tujuan pemberian tablet sustained release ialah untuk menghindarkan pemberian obat berulang kali dalam sehari, cukup sekali dalam sehari.
8.        Tablet yang dimasukkan kedalam rongga tubuh, khususnya vagina.
9.        Tablet implantasi (pellet atau implants)
Penggunaannya dengan mengimplantasi pellet di bawah kulit, penyerapan bahan obat terjadi secara sangat perlahan dalam kurun waktu yang lama.

SIRUP
Sirup dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0%. Pada sirup dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat terhambat. Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula invert, maka sirup cepat menjadi rusak, kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan menambahkan suatu bahan pengawet kedalam sirup, misalnya nipagi dan nipasol, atau natrium benzoate. Sirup merupakan alat yang sangat menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup-sirup terutama sfektif dalam pemberian obat untuk anak-anak untuk meminum obat. Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa

Keuntungan dan kerugian sirup
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah di absorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup.

Komponen sirup
Sebagian besar sirup disamping air dan semua obat yang ada mengandung komponen-komponen berikut:
1.        Bahan pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sorbitol, sakarin, sukrosa. Pemanis berkalori rendah misalnya laktosa.
2.        Bahan pengental
Bahan pengental digunakan sebagai zat pembawa dalam sediaan cair dan untuk membentuk suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen.
3.        Pemberi rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahanbahan yang berasal dari alam, untuk membuat sirup sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
4.        Pemberi warna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warnanya stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa

0 komentar:

Posting Komentar