Setelah beberapa semester yang telah
saya lalui kuliah di farmasi, saya termotivasi ingin menshare beberapa
pengetahuan kepada teman-teman farmasi tentang mata kuliah farmasetika. Kenapa harus
mata kuliah farmasetika ?? karena mata kuliah farmasetika ini merupakan mata
kuliah yang akan terus menerus dipakai setelah kita berada diluar kampus
seperti saat kita kerja nanti diapotik atau dirumah sakit, bukan hanya itu mata
kuliah farmasetika ini juga merupakan mata kuliah untuk lanjut kemata kuliah
yang lain seperti mata kuliah tekhnologi sediaan farmasi. Berikut sedikit ulasan
tentang mata kuliah farmasetika :
RESEP
Resep
adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.
Yang
berhak menulis resep adalah :
- Dokter
- Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi & mulut.
- Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.
Kelengkapan Suatu Resep
Dalam
resep harus memuat :
- Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
- Tanggal penulisan resep (inscriptio)
- Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau komposisi obat (invocatio)
- Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku (subscriptio)
- Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
- Tanda seru & paraf dokter utk resep yg mengandung obat yg jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Cara
menghitung dosis obat dalam resep :
1.
Rumus
young (Young’s
Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis
obat untuk anak berumur dibawah 8 tahun
2.
Rumus
dilling (Dilling’s
Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis
obat untuk anak berumur diatas 8 tahun, hingga pasien yang maksimal berumur 20
tahun
n : umur dalam tahun
3.
Rumus
Fried (Fried’s
Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis
obat untuk bayi berdasarkan berat badan (pound)
n : pound berat badan
4.
Rumus Clark’s (Clark Rule)
Digunakan dalam menghitung dosis
obat untuk bayi berdasarkan berat badan (kilogram)
n : Kg berat badan
PULVIS DAN PULVERES (serbuk)
Serbuk adalah campuran homogeny dua atau
lebih obat yang diserbukkan, pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia
nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu
dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C. yang dimaksud dengan derajat halus
serbuk adalah :
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
Serbuk halus adalah serbuk (85)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300)
UNGUENTA (SALEP)
Salep adalah sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau
terdispersi homogeny dalam dasar yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik
kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras
atau obat narkotik adala 10%. Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan
sebagai berikut :
1.
Dasar salep hidrokarbon, yaitu terdiri
dari :
a.
Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft
paraffin)
b.
Vaselin
kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin)
c.
Campuran
vaselin dengan cera
d.
Paraffin
cair
e.
Paraffin
padat
f.
Minyak
nabati.
2.
Dasar salep serap yaitu terdiri dari :
a.
Adeps lanae
b.
Unguentum
simpleks (cera flava : oleum sesami = 30 : 70)
c.
Hydrophilic
petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol : kolesterol = 86 : 8 :
3 : 3 )
3.
Dasar salep dapat dicuci dengan air,
yaitu terdiri dari :
a. Dasar
salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream)
b. Emulsifying
ointment B.P., Emulsifying
wax
c. Hydrophilic
ointment. Dibuat dari minyak mineral,
stearylalcohol, emulgator tipe M/A
4.
Dasar salep yang dapat larut dalam air,
yaitu terdiri dari :
a. Poly
Ethylen Glycol (PEG)
b. Campuran PEG
c. Tragacanth
d.
Gummi
arabicum (PGA)
EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak,
dimana cairan yang zat terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang
lain. Disperse ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan
membentuk dua lapisan air da minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua
emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir
tetesan yang terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua
macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam
fase air dan tipe A/M.
Emulgator yang sering digunakan dalam
pembuatan emulsi :
1.
Pulvis gummosus
2.
Agar-agar
3.
CMC (Natrii Carboxymethylcellulosum)
4.
Sapo
5.
Vitellum ovi
6.
Tween dan span
HLB adalah sinhgkatan dari Hidrophiel-Lypophiel Balance. Nomor HLB
diberikan bagi tiap-tiap surfaktan.
Nilai HLB
|
Tipe sistem
|
3-6
|
A/M emulgator
|
7-9
|
Zat pembasah (wetting agent)
|
8-18
|
M/A emulgator
|
13-15
|
Zat pembersih (detergent)
|
15-18
|
Zat penambah pelarutan
(solubilizer)
|
SUSPENSIONES (suspensi)
Suspens adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila
digojog perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan
zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense tetapi kekentalan susupensi
harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi dalam farmasi
digunakan dalam berbagai cara :
1.
Intramuskuler injeksi
2.
Tetes mata
3.
Per Oral
4.
Rektal
COMPRESSI/TABULAE (TABLET)
Tablet
adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak
dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara
menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
(Farmakope
Indonesia, Edisi IV, 1995).
Syarat-syarat
tablet, yaitu :
1.
Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3
kali tebal tablet.
2.
Bobot seragam : penyimpangan rata-rata
untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih, ialah 5-10%.
3.
Waktu hancur / disintegrasi tablet :
harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36º –
38º C.
4.
Waktu hancur tablet bersalut gula atau
bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60
menit.
5.
Waktu hancur tablet bersalut enteric :
zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet
dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada
suhu 36º- 38ºC
Berbagai
macam bentuk tablet
1.
Tablet untuk obat luar
Tablet
ini umumnya mudah larut dan digunakan sebagi obat luar setelah dilarutkan dalam
volume air tertentu untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu pula.
2.
Tablet untuk obat dalam
Tablet
ini pada hakekatnya adalah puyer yang dibuat kompak secara kempa cetak. Suatu
variasi dari obat dalam ialah tablet effervescent yang bila dimasukkan ke dalam
air akan melarutkan serta membebaskan CO2
3.
Dragee
Tablet
bersalut gula dengan atau tanpa penambahan zat warna.
4.
Lozenges
Tablet
ini diisap seperti permen, efek utamanya adalah antiseptic pada mukosa mulut
atau tenggorokan.
5.
Tablet sublingual dan tablet intrabuccal
Table
sublingual, diletakkan dibawah lidah, melarut relatif cepat dan bahan obatnya
diabsorbsi melalui mukosa.
6.
Tablet bersalut enterik
Disalut
dengan bahan atau zat penyalut yang relative tidak larut ddalam suasana asam di
lambung, tetapi hancur dan larut dalam suasana relative basa di usus dan
membebaskan obat yang terkandung dalam tablet (enteric coating).
7.
Tablet sustained release
Tujuan
pemberian tablet sustained release ialah untuk menghindarkan pemberian obat
berulang kali dalam sehari, cukup sekali dalam sehari.
8.
Tablet yang dimasukkan kedalam rongga
tubuh, khususnya vagina.
9.
Tablet implantasi (pellet atau implants)
Penggunaannya
dengan mengimplantasi pellet di bawah kulit, penyerapan bahan obat terjadi
secara sangat perlahan dalam kurun waktu yang lama.
SIRUP
Sirup
dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi
sirup kental kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0%. Pada sirup dengan
kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi
mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan
fungi dapat terhambat. Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula
invert, maka sirup cepat menjadi rusak, kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan
menambahkan suatu bahan pengawet kedalam sirup, misalnya nipagi dan nipasol,
atau natrium benzoate. Sirup merupakan alat yang sangat menyenangkan untuk
pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak.
Sirup-sirup terutama sfektif dalam pemberian obat untuk anak-anak untuk meminum
obat. Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan
cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa
Keuntungan
dan kerugian sirup
Keuntungan
obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang homogen, dosis dapat
diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah di absorbsi, mempunyai rasa
manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak-anak, membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian
obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume
bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam
sirup.
Komponen
sirup
Sebagian
besar sirup disamping air dan semua obat yang ada mengandung komponen-komponen
berikut:
1.
Bahan pemanis
Pemanis berfungsi untuk
memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi
menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi
misalnya sorbitol, sakarin, sukrosa. Pemanis berkalori rendah misalnya laktosa.
2.
Bahan pengental
Bahan pengental
digunakan sebagai zat pembawa dalam sediaan cair dan untuk membentuk suatu
cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen.
3.
Pemberi rasa
Hampir semua sirup
disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahanbahan yang berasal dari alam,
untuk membuat sirup sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi
rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
4.
Pemberi warna
Pewarna yang digunakan
umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan
warnanya stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan. Penampilan keseluruhan
dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisten dengan rasa
0 komentar:
Posting Komentar