Jumat, 03 Juli 2015

CARA PEMBUATAN DANGKE DAN PEMBAHASANNYA



Menurut Marsoeki, A. (1978) Dangke adalah sejenis makanan bergizi yang dibuat dari susu kerbau. Kadang-kadang dangke juga dibuat dari susu sapi. Dangke dibuat di Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan). Daerah yang terkenal sebagai penghasil dangke di Kabupaten Enrekang adalah Kecamatan Baraka, Kecamatan Anggeraja, dan Alla. Lebih lanjut, Marsoeki, A. (1978) menjelaskan bahwa dangke telah dikenal sejak sebelum tahun 1905. Adapun nama dangke berasal dari bahasa Belanda. Waktu Belanda melihat jenis makanan yang terbuat dari susu itu Belanda mengatakan
“DANGKE WELL” yang artinya terima kasih. Rakyat yang mendengar kata dangke mengira itulah nama makanan tersebut.  Dangke banyak terdapat di Sulawesi Selatan umumnya dikomsumsi sebagai lauk pauk. Dangke asli berwarna putih dan bersifat elatis sedangkan dangke campuran warnanya agak kuning kusam dan tidak elastis.
Pada dasarnya proses pembuatan “dangke” sama dengan pembuatan keju da beberapa produk lainnya seperti dadih di Sumatera Barat, dali di Sumatera Utara, colo banti/susu kaya/segan di Bima dan perah di Lombok Timur. Produk olaha susu tersebut dihasilkan oleh gumpalan protein susu dengan enzim proteolitik.
Dangke merupakan makanan tradisional penduduk di Kecamatan Anggeraja, Alla, dan Baraka Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Dangke dikenal sejak zaman kolonial Belanda yaitu sebelum tahun 1905, nama dangke berasal dari bahasa Belanda yang didengar oleh rakyat setempat pada saat orang menerima makanan yang terbuat dari susu sapi atau susu kerbau dengan mengucapkan “Dank U Well” yang berarti terima kasih. Kata inilah yang digunakan untuk nama dangke hingga sekarang.
Pembentukan asam terutama disebabkan oleh aktifitas bakteri pembentuk asam yang bersifat mesofilik. Bakteri ini akan memecah laktosa susu menjadi asam laktat dan akan mengakibatkan menurunnya stabilitas protein susu dan merusak stabilitas casein dan whey.
Enzim papain dalam pepaya merupakan jenis enzim protease, yakni enzim yang dibutuhkan untuk mencegah protein. Papain digunakan untuk mencegah alergi, asma, diare, gangguan pencernaan dan alergi gluter (protein gandum) seratnya yang tinggi membuat pepaya diandalkan sebagai anti sembelit.
Reaksi umum yang dikatalisis oleh enzim proteolitik adalah hidrolisa ikatan peptida pada protein. Kinetika reaksi pada proses penggumpalan protein susu oleh enzim proteolitik dibagi menjadi tiga tahap yakni :
1.         Hidrolisis enzimatis pada kasein
2.         Flokulasi misel kasein
3.         Pembentukan dan perkembangan ikatan silang gel susu
Protein susu dapat dikoagulasikan dengan asam (asam organik) asam yang sering digunakan dalam pembuatan beberapa varietas adalah asam laktat dan asam asetat. Pengaruh utama pengasaman adalah penurunan pH susu yang menyebabkan ion kalsium dari kalium kaseinat karena tersedianya ion H yang semakin meningkat sehingga dapat memecah senyawa kalsium fosfat sebagai berikut:
Ca3 (PO4)2 + 3H+            3Ca+ + HPO4 + H2SO4
Pecahnya senyawa kalsium fosfat menyebabkan stabilitas goyah sehingga terjadi koagulasi.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu sendok, penyaring, panci, toples, batok/tempurung kelapa, kompor, gelas ukur, pisau sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu susu bear brand, enzim papain dari getah pepaya, garam dapur.
Adapun cara kerja pada percobaan ini ada dua yaitu ada dua metode yaitu dengan menggunakan metode panas dan metode dingin. Pertama akan dibahas metode panas, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu diambil 1 liter susu bear brand digunakan susu ini karena memang susu bear brand yang mengandung susu sapi telah digunakan dari dulu dan telah merupakan bahan dasar dari pembuatan dangke juga memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh, setelah itu dimasukkan kedalam panci lalu dipanaskan dengan tujuan untuk mempercepat pemisahan antara curd dan whey, ditambahkan garam dapur sebagai pengawet dan pemberi rasa gurih pada dangke, pemanasan ini dilakukan hingga terjadi pemisahan antara curd dan whey yang nampak seperti gumpalan putih, selanjutnya dilakukan penyaringan setelah adanya gumpalan untuk memisahkan curd dan wheynya secara jelas setelah terpisah, curdnya di cetak ditempurung kelapa yang telah dilubangi bagian bawahnya tujuannya agar sisa-sisa whey yang masih ada pada curd tersebut dapat keluar melalui lubang tersebut, selanjutnya dilakukan pengukusan agar dangke yang sudah terbentuk dapat dikomsumsi dengan baik dan enak. Kedua dengan menggunakan metode dingin, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu diambil sampel susu bear brand sebanyak 1 liter kemudian dimasukkan kedalam toples, ditambahkan  sendok makan enzim papain tujuannya untuk memecah protein pada susu, diambahkan  sendok makan garam dapur sebagai pengawet dan pemberi rasa gurih pada dangke kemudian didiamkan 1 X 24 jam tujunnya untuk menunggu tejadinya pemisahan antara curd dan whey, terakhir di cetak ditempurung kelapa.
Garam merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai pengawet. Garam dalam suatu substrat pangan dapat menekan pertumbuhan mikroba tertentu yang perperan dalam membatasi air yang tersedia, dapat menyebabkan plasmolisis, mekanisme garam sebagai bahan pengawet pada bahan pangan adalah garam diionisasikan dan setiap ion menarik molekul-molekul air sekitarnya. Makin besar kadar garam, makin banyak air yang ditarik ion. Hal ini menyebabkan air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan mikroba berkurang. Meskipun telah ada teknik pendinginan, pengawetan garam tetap penting dalam higiene makanan.
Pada metode dingin tidak dipanaskan karena ingin dibandingkan apakah setelah dilakukan pendiaman benar-benar terjadi pemisahan curd dan whey pada sampel susu bear brand.
Adapun hasil yang didapatkan pada metode panas yaitu teksturnya agak kasar, rasanya sedikit asin serta ada rasa pahit, warnanya agak kecoklatan dan aromanya seperti susu itu sendiri. Sedangkan pada metode dingin yaitu teksturnya agak halus, rasanya hambar, baunya tengik dan warnanya seperti agak putih.
Perbandingan hasil dari metode panas dan metode dingin yaitu pada metode dingin hasilnya jelek dan bau sedangkan pada metode panas hasilnya bagus dan terpisah antara curd dan whey. Pada metode dingin hasilya jelek karena adanya bakteri kontaminan yang bebas berkembang biak pada dangke tersebut dan enzim papain tidak bekerja dengan baik karena suhu yang dibutuhkan tidak sesuai. Jika hasil yang didapatkan dibandingkan dengan literatur maka hasil yang didapatkan pahit dan berwarna kecoklatan sedangkan menurut (Djide, 1991) dangke asli memiliki tekstur yang elastis dan memiliki warna yang putih.
Ada beberapa faktor yang sering terjadi sehingga dangke tersebut hasilnya jelek yaitu sebagai berikut:
·           Disebabkan karena susu yang digunakan tidak murni susu sapi segar melainkan susu bear brand yang telah mengalami pengolahan serta penambaha lain. Warna pada susu bear brand juga berwarna kecoklatan itulah mengapa warna dari hasil percobaan ini berwarna agak kecoklatan.
·           Faktor kesalahan selanjutnya itu dari proses pemanasan yang terlalu besar dan enzim papain dimasukkan ketika pemanasan telah mencapai 100°C, hal ini membuat enzim akan rusak. Itulah mengapa pengerjaan pertama sulit terjadi pemisahan antara curd dan whey dan setelah ditambahkan kembali enzim papain terjadilah pemisahan tetapi rasanya pahit yang disebabkan karena kebanyakan penambahan enzim papain.
Hubagan percobaan ini dengan dunia farmasi yaitu pembuatan dangke melibatkan enzim proteolitik yang mampu memerah protein hal tersebut merupakan rekayasa bioteknologi konvensional yang sangat penting dalam farmasi.

0 komentar:

Posting Komentar